Oleh: Reza Erlangga
Mentari pagi bersinar mengiringi langkahku menuju Bina Utama. Burung-burung bernyanyi seakan menyambut hatiku yang sedang bahagia. Kenapa, karena hari ini akan diadakan kegiatan study wisata. Saya sudah memimpikanya sejak seminggu yang lalu. Panitia dan guru pembimbing membekali kami dengan persiapan yang matang. Dan di pagi ini hari yang kunantikan itupun akhirnya datang.
Di depan sekolah Rio sudah menyambutku “Za, kamu bawa peralatan apa saja?” Rio bertanya kepadaku “Ni aku bawa baju untuk renang, sama kaos untuk outbond aja kok” tiba-tiba Ijun menyela pembicaraan kami “Za kamu bawa kamera nggak?” “Tenang aja coy kamera sudah tak siapin dari kemarin, pokoknya ntar kamu tinggal make aja kok”.
“Anak-anak silahkan berkumpul menurut kelompok masing-masing!” suara ibu Risma terdengar dari kejauhan, kami akhiri percakapan dan bergegas lari menuju kelompok kami. Beberapa guru mulai memangil nama masing-masing siswa yang mengikuti study wisata. Tanpa basa-basi saya langsung masuk kedalam rombongan mobil pertama.
Study wisata kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, letak perbedaanya adalah dulu bus yang kami carter, langsung menjemput kami di sekolah tapi, tahun ini karena kondisi jalan yang rusak parah kami terpaksa harus naik mobil pickup untuk sampai di pemberhentian bus.
Sampai di pemberhentian bus, kamu segera berlompatan dan berlari masuk kedalan mobil. Kami pilih posisi duduk yang paling nyaman, sambil kunikmati alunan music dan snack yang telah dibagikan oleh guru pendamping. Bus melaju dengan kencang menuruni jalan yang berliku. Dari jendela kaca tampak pemandangan yang menyejukkan mata. Sawah membentang dengan padi yang menguning membuat hatiku terasa damai.
“Za aku bawa kacang nih, kalau kamu mau, ambil aja”. Rio menawarkan satu kantung plastic kacang rebus, kuambil satu genggam kacang, ku kupas dan kunikmati setiap butirnya di dalam mulutku. Dari kursi belakang terdengar Sudarmadi bertanya “Saya boleh nggak buk keluar untuk buang air kecil”. “Tahan bentar Dar, bentar lagi kita berhenti di rumah supir busnya”. “Waduh buk, udah anggak tahan lagi nih!” mendengar jawaban Sudarmadi kamipun tertawa dibuatnya, “Ha ha ha ha” Memang Sudarmadi dengan tinggkahnya yang lucu sering menjadi bahan tertawaan teman-teman ketika di sekolah.
Panas terik tidak mematahkan semangat kami. Di depan museum terlihat para pedagang menjajakan daganganya. Bus yang kami tumpangi memasuki gerbang dan menuju tempat parkir yang telah tersedia. Mesin mobil berhenti, satu persatu teman-teman kami mulai turun dari kendaraan menuju museum yang ada di depan kami.
Setelah membeli tiket kami diperkenankan untuk melihat koleksi benda-benda bersejarah yang ada di dalam Museum Lampung. Kami asyik menikmati diorama yang ada didalamnya, bahkan seluruh penjuru museum kami jelajahi hingga tak ada satupun tempat yang terlewatkan dari pengamatan kami. Tak lupa kami berfoto bersama teman-teman dengan berbagai gaya yang akan kami jadikan sebagai kenang-kenangan.
Jam menunjukkan pukul 11.30 saatnya harus meninggalkan museum untuk melanjutkan perjalanan. Kupasangkan headshet di telinga dan kuputar lagu Budi Do-re-mi, musiknya yang ceria mengantarkan diriku dalam indahnya perjalanan ini.
Tanpa kusadari akhirnya sampai juga di Lembah Hijau yang menjadi tujuan kedua. Di tempat pemberhentian, guru-guru sedang sibuk membagikan nasi bungkus untuk makan siang, kuambil satu bagian, aroma sambal terasi membangkitkan seleraku, dengan segera kunikmati menu makan siang dengan lahapnya. “Anak-anak setelah makan siang langsung ganti baju, kita akan segera memainkan beberapa outbond game” kata pak Mahruri kepada kami. Segera saja kuganti seragamku dengan kaos yang tadi aku bawa.
Peluit pun berbunyi instruktur outbond memerintahkan kami untuk berkumpul di tanah lapang. “Anak-anak, permainan outbond akan segera dimulai, ada dua jenis permainan yang akan kamu ikuti, permainan pertama adalah permainan rumah dan tupai, dan yang kedua adalah permainan wind-wind blow tujuan dari permainan ini adalah untuk meningkatkan kekompakan dan kerjasama” instruktur menjelaskan kepada kami. Saya dan teman-teman bergegas membuat lingkaran besar dan mengikuti semua permainan yang ada, ada yang terjatuh, berteriak, menjerit sambil berlarian kesana-kemari tak tentu arah. Murid harus mengangkat guru dan guru terpaksa mengangkat murid silih berganti membuat tanah lapang yang tadinya sepi menjadi ramai karena keceriaan kami.
Beriring dengan peluit panjang yang berbunyi, itu adalah tanda permainan harus diakhiri. Tibalah saat yang paling kami nanti-nantikan yaitu berenang. Aku bersama rombongan dengan tertib memasuki gerbang waterboom. Di dalam wahana air tersebut ternyata sudah dipenuhi oleh para pengunjung yang seolah tidak sabar untuk segera mandi. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati segarnya air yang ada di dalam kolam tersebut. Melihat begitu asiknya teman-teman berenang, timbulah ide untuk menjahili salah satu teman yang tidak bisa berenang. Aku mengendap-endap mendekati Diky, tanpa curiga dengan apa yang akan aku lakukan, dia masing asik berdiri berdiri di tepi kolam renang tiba-tiba kutarik tanganya dan byuur! Diky pun jatuh masuk ke dalam air. “Za jangan Za” Diky berteriak-teriak meminta aku melepaskanya, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya. Ketika sedang asik menjahili Diky, dari sisi kolam renang buk Putri memerintahkan kami untuk berhenti, kulepaskan Diky, aku melompat keluar dari air, madi dan ganti baju.
Mulanya aku agak takut, namun kuberanikan diri untuk mencoba permainan flyingfox seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Instruktur memasangkan hardnest ke badanku dan mengikatkan tali pengaman ke dalam kawat sling yang terbentang. Sirine pun berbunyi, dengan sekali ayun badanku meluncur jatuh ke bawah aku berteriak merasakan ketegangan yang ada. Badanku gemetar saat instruktur melepaskan pengaman dari tubuhku sensasi dari flyingfox memang benar-benar menguji nyaliku.
Lembayung senja di cakrawala mengiringi langkahku untuk mengakhiri permainan ini. Terasa berat langkahku untuk meninggalkan Lembah Hijau. Karena banyak kenangan dan pengalaman baru yang kami dapatkan. Akankan kebersamaan ini akan terulang kembali, atau ini akan menjadi akhir dari kisah indah kita di Bina Utama?, mungkin hanya waktu yang akan membuktikanya. Mobil telah siap membawa kami dalam kenangan ini. Tiba di rumah kurebahkan badanku diatas kasur, sebelum tidur kucoba membayangkan kembali kisah indah yang baru saja aku alami. Walaupun badanku terasa sakit semua, namun kebersamaan dengan teman-teman tercinta akan selalu abadi di dalam jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar