Ulubelu, 19 Februari 2011
Di sebuah desa, tinggalah seorang kakek yang bernama kakek Zaenudin. Desa tempat tinggal kakek Zainudin bernama desa Sukamaju, penduduknya ramah suasananya asri dan sebagian besar penduduk desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani. Kakek Zainudin adalah pelopor pembuatan kincir air di desanya. Walaupun usianya sudah mendekati 75 tahun, akan tetapi beliau masih terlihat sehat dan gagah, mungkin karena kakek Zainudin sering bekerja keras sehingga beliau tetap terlihat bugar dan penuh semangat.
Kakek Zaenudin tinggal bersama kedua orang puteranya yang bernama Andi dan Azis, dulu penduduk desa Sukamaju sering mengalami kesulitan air, lebih lagi jika musim kemarau tiba. Penduduk harus mencari air ke sungai atau ke kaki bukit yang jaraknya jauh dari perkampungan mereka. Mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam demi untuk mendapatkan se-ember air.
Melihat kenyataan yang ada kakek Zaenudinpun merasakan penderitaan yang sama, sebagaimana yang dirasakan oleh penduduk satu desa. Berawal dari kesulitan air yang mereka hadapi akhirnya beliau mendapatkan ide untuk memanfaatkan air tejun yang terletak di ujung kampung. Gagasan itu disampaikan kepada kedua anaknya dan beberapa tetangganya. Ternyata masyarakat menyambut baik ide dan gagasan tersebut. Pada suatu hari yang telah disepakati para penduduk desa bersama dengan kakek Zaenudin, mulai mengumpulkan bahan dan peralatan yang akan mereka gunakan untuk membuat kincir air, menurut rencana mereka kincir air tersebut akan mereka buat dengan menggunakan barang-barang bekas yang ada disekitar tempat tinggal mereka, dan untuk mengalirkan air dari air terjun, mereka memanfaatkan batang bambu yang banyak tumbuh disekitar bukit.
Hari yang ditunggupun akhirnya tiba, kincir air yang mereka impikan akhirnya bisa menjadi kenyataan. Penduduk desa sekarang bias hidup dengan bahagia. Karena persediaan air bersih kian melipah. Meskipun musim kemarau berlangsung lama. Setelah sekian lama masyarakat desa Sukamaju mengunakan kincir air untuk keperluan air bersih dan irigasi, timbulah ide baru untuk memanfaatkan kincir tersebut sebagai pembangkit tenaga listrik . untuk itu masyarakat bahu membahu, mengganti pipa bambu yang sudah tua dengan pipa paralon, sehingga bias lebih bertahan lama. Sekali lagi penduduk desa bersuka cita, karena desa mereka sekarang sudah dialiri listrik, berkat kincir air yang mereka buat. Berkat kincir air pengairan sawah menjadi lancer, sehingga padi tumbuh semakin subur. Di malah hari desa Sukamaju tidak gelap gulita lagi. Mereka bersyukur kepada tuhan yang maha ESA, karena kebahagiaan ini semua adalah karunianya. Dan sampai saat inipun masyarakat tetap mengenang jasa kakek Zaenudin sang pelopor pembuat kincir air di desa Sukamaju.
Karya: Triyanto VIIIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar